-->

Indonesia Supermarket Bencana, Benarkah demikian????

Indonesia Supermarket Bencana

Hujan Lebat Sambut Natal 2017 dan Tahun Baru  2018


Jakarta, (18/12) Pada bulan Desember ini sebanyak 93,27 % wilayah Indonesia memasuki musim hujan dan sisanya 6,73 % masih mengalami musim kemarau yang sifat lokal, seperti di beberapa wilayah Jatim, Bali, NTT, dan NTB, Sulawesi Maluku.
Hal ini diutarakan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, P.hd.  pada saat beliau memberikan keterangan pers, senin siang di Kantor BMKG.

Untuk Bulan Desember puncak musim hujan terjadi di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Sementara untuk bulan Januari 2018, puncak musim hujan terjadi wilayah Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara, serta untuk wilayah lainnya di Bulan Februari 2018. Sementara untuk wilayah Papua, khususnya di bagian Tengah sekitar pegunungan Jayawijaya mengalami puncak musim hujan pada Januari 2018.

Dwikorita menegaskan waspada Hujan sedang-lebat menjelang natal 2017 dan tahun baru 2018. Berdasarkan hasil analisa BMKG, potensi hujan lebat menjelang natal 2017 dan tahun baru 2018 cukup besar, hal ini dikarenakan supply massa udara lembab dari Samudera  Pasifik dan Daratan Asia serta dari Samudera Hindia yang terakumulasi di wilayah kepulauan Indonesia sehingga sangat intensif penyebab tingginya potensi hujan lebat di wilayah Indonesia.

Masyarakat perlu mewaspadai hujan sedang-lebat pada Menjelang Natal (19-23 Desember 2017) yang terjadi potensi hujan sedang-lebat terjadi di wilayah Aceh Bagian Barat,  Pesisir Selatan Sumatera, Banten, Pesisir Utara Jawa, Sulawesi Selatan, NTB, sebagian NTT.

Sementara dalam periode natal 24-26 Desember 2017, hujan sedang-lebat, terjadi di Pesisir Selatan Sumatera Utara dan Sumatera Barat, NTB, NTT. Sulawesi Tengah, dan Papua Bagian Tengah.

Menjelang tahun baru 2018, 26-31 Desember 2017 potensi hujan sedang-lebat  terjadi di Pesisir Utara Jawa, Jateng, Jatim, Kaltara, Sulteng, Maluku.

Pada Awal tahun 1-7 Januari 2018 Konsentrasi hujan sedang-lebat di Aceh, Pesisir Barat Sumatera, Jateng, Yogyakarta, Kaltim, Kaltara, Sulteng, NTT.

Selain itu masyarakat pun harus mewaspadai potensi angin kencang yang dapat mencapai  lebih dari 20 knot (lebih dari 36 km/jam) yang berpotensi di beberapa wilayah Indonesia meliputi  Laut Cina Selatan, Laut Natuna, Laut Jawa, Laut Banda, Samudera Hindia Selatan Jawa Tengah hingga NTB.

Angin kencang ini berpengaruh pada gelombang tinggi, untuk itu masyarakat perlu mewaspadai gelombang tinggi, seperti di Laut Cina Selatan dan Laut Natuna Utara dengan tinggi gelombang mencapai 6 -7 m. 

Pada bulan Desember hingga Januari adalah periode menguatnya pola angin baratan yang membawa dampak pada peningkatan tinggi gelombang sehingga perlu diwaspadai untuk peningkatan tinggi gelombang terutama di wilayah Perairan barat sumatera,  Laut Natuna, Laut Jawa, Laut Banda dan Perairan selatan Jawa hingga Nusa Tenggara.

Dengan adanya situasi potensi cuaca ekstrem ini, BMKG menghimbau kepada masyarakat agar :
• Waspada potensi genangan, banjir maupun longsor bagi yang tinggal di wilayah berpotensi hujan lebat terutama di daerah rawan banjir dan longsor terutama di daerah dataran rendah, daerah cekungan, bantaran kali atau sungai, perbukitan, lereng-lereng dan pegunungan

.
Waspada ya kawan terhadap dampak hujan yang disertai dengan angin kencang hingga menyebabkan pohon ataupun papan reklame/ baliho tumbang atau roboh serta yang paling berbahaya yaitu bagi kapal berukuran kecil yang ada di laut


.Tidak berlindung di bawah pohon jika hujan disertai kilat atau petir.

 dan Waspada terhadap peningkatan ketinggian gelombang laut yang > 2.5 meter
 Menunda kegiatan penangkapan ikan secara tradisional hingga gelombang tinggi mereda

 Potensi Gempa Bumi Terus Mengintai
 Secara geografis Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng tektonik utama dunia yang bergerak relatif saling mendesak satu dengan lainnya. Ketiga lempeng tersebut adalah Lempeng Indo-Australia di sebelah Selatan, Lempeng Pasifik di sebelah Timur, Lempeng Eurasia di sebelah Utara (dimana sebagian besar wilayah Indonesia berada), dan ditambah Lempeng Laut Philipina.

Adapun karakteristik lempeng tektonik, adalah Lempeng Indo-Australia bergerak ke arah Utara dan bertumbukan dengan Lempeng Eurasia. Sementara Lempeng Pasifik bergerak ke arah Barat sedangkan Lempeng Eurasia relatif diam. 

Kondisi inilah yang menyebabkan Indonesia sebagai wilayah supermarket bencana yang rawan gempa bumi dan tsunami. Meskipun teknologi saat ini belum ada yang dapat memprediksi terjadinya gempa bumi secara tepat dan akurat.  Hal ini dibuktikan dari data IRBI bahwa ancaman tsunami Indonesia adalah 46% dari panjang pantai Kepulauan Indonedia, 233 dari 515 Kabupaten, dan 23 dari 34 Provinsi.

Berdasarkan sejarah gempa bumi yang tercacat oleh BMKG, telah terjadi gempa bumi rata-rata sebanyak 4.500 kali/ tahun. Diantaranya gempa bumi dengan magnitude  5 atau lebih yang sifatnya mulai merusak terjadi sebanyak  rata rata 360 kali/ tahun.

Menyadari kondisi ini, Dwikorita mengatakan BMKG siap untuk memberikan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami yang terus dimonitor 24 jam/ 7 hari. Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi dalam pengurangan resiko dampak gempa bumi dan tsunami.

Untuk pengamatan gempa bumi dengan magnitude 5 atau lebih berpusat di Pusat Gempa Nasional BMKG, sementara untuk gempa bumi dengan magnitude dibawah 5 terpusat di Stasiun Geofisika yang terdapat di seluruh wilayah Indonesia berjumlah 33 Stasiun geofisika dengan 165 sensor seismograf dan 285 accelerometer.

Sebagai langkah pengurangan resiko dampak gempa bumi dan tsunami,  mengharapkan masyarakat agar lebih siap sebelum terjadi gempa dan tsunami, termasuk struktur bangunan, serta langkah melkakun penyelamatan gempa bumi dan tsunami.

Bagi masyarakat yang hendak memperoleh informasi terkini, BMKG senantiasa membuka layanan informasi cuaca, gempabumi dan tsunami 24 jam, yaitu melalui:
call center cuaca 021-6546315/18;
call center gempabumi 021-6546316;
http://www.bmkg.go.id;
follow twitter @infobmkg;
aplikasi iOS dan android "Info BMKG";
atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.

Jakarta, 18 Desember 2017
Biro Hukum dan Organisasi BMKG
Bagian Hubungan Masyarakat
LihatTutupKomentar